A. Hudri Harisman
Majalengka, Aliansi BEM Se-Majalengka, menyatakan penolakan terhadap keputusan pembukaan kembali Bandara Husein Sastranegara di Bandung yang sebelumnya telah dialihkan ke Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati.
Ketua Aliansi BEM Se-Majalengka Angga Pangestu, mengatakan bahwa keputusan tersebut merupakan bentuk Inkonsistensi pemerintah dalam menjalankan agenda pemerataan pembangunan, sekaligus mencederai semangat keadilan wilayah bagi kawasan timur Jawa Barat, khususnya Majalengka.
Dikatakan Angga, Kertajati bukan sekadar infrastruktur, tetapi simbol harapan masyarakat Majalengka untuk tumbuh sejajar dengan pusat-pusat ekonomi lainnya.
“Ironisnya Di tengah berbagai persoalan masalah yang kompleks dan serius di hadapi BIJB Kertajati BIJB. Sejumlah rute penerbangan domestik sempat diberhentikan karena rendahnya jumlah penumpang,” terang Angga, Ahad (06/07/2025).
Transportasi publik yang belum memadai dan minimnya integrasi membuat bandara ini terasa jauh dan tidak praktis. Ditambah lagi, harga tiket yang tinggi semakin memperkecil daya tarik BIJB bagi pengguna jasa penerbangan.
“Dengan permasalahan tersebut pemerintah malah dibuka kembali Bandara Husein berpotensi melemahkan daya saing BIJB, menghambat laju investasi kawasan Rebana, serta mengacaukan arah pembangunan jangka panjang yang sudah dirancang bertahun-tahun,” jelasnya lagi.
Menurutnya, Pemerintah telah gagal memberikan kepastian arah kebijakan dan seolah kembali tunduk pada kepentingan kota besar, sementara daerah-daerah yang sedang berjuang tumbuh dibiarkan tersingkir.
“Untuk itu, kami mendesak pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan evaluasi kebijakan secara terbuka dan partisipatif, serta menegaskan komitmennya dalam membangun Jawa Barat secara adil dan merata,” tegas Angga.
“Kami berdiri bersama rakyat. Ini bukan sekadar soal bandara, ini soal keadilan dan masa depan wilayah kami,” pungkas Angga.***
